Rabu, 28 Ogos 2013

LEBAM MAYAT

Topik yang ingin dibincangkan adalah mengenai lebam mayat......lebam mayat sering menjadi kontroversi isu tanpa kita sedari atau tidak....contoh pada mayat yang mati secara tiba tiba...kemudian terdapat kesan lebam pada mayat tersebut. bagi yang tidak mempunyai pengetahuan tentang apa itu lebam mayat, saya akan menerangkan apkah lebam mayat....isu yang ingin diutarakan adalah sesetengah pihak memikirkan lebam mayat adalah lebam yang diakibatkan oleh pukulan atau org lain yang bersifat dengki.......tetapi hakikatnya ianya adalah proses pereputan mayat...

Lebam Mayat disebut juga Post Mortem Lividity,Post Mortem Suggilation, Hypostasis, Livor Mortis, Stainning
    Lebam mayat terbentuk bila terjadi kegagalan sirkulasi  dalam mempertahankan tekanan hidrostatik yang menggerakan darah mencapai capillary bed dimana pembuluh – pembuluh darah kecil afferent dan efferent saling berhubungan. Maka secara bertahap darah yang mengalami stagnasi di dalam pembuluh vena besar dan cabang-cabangnya akan dipengaruhi gravitasi dan mengalir ke bawah, ketempat – tempat yang terendah yang dapat dicapai. Dikatakan bahwa gravitasi lebih banyak mempengaruhi sel darah merah tetapi plasma akhirnya juga mengalir ke bagian terendah yang memberikan kontribusi pada pembentukan gelembung – gelembung di kulit pada awal proses pembusukan. (bern) 
    Adanya eritrosit di daerah yang lebih rendah akan terlihat di kulit sebagai perubahan warna biru kemerahan. Oleh karena pengumpulan darah terjadi secara pasif maka tempat – tempat di mana mendapat tekanan lokal akan menyebabkan  tertekannya pembuluh darah di daerah tersebut sehingga meniadakan terjadinya lebam mayat yang mengakibatkan kulit di daerah tersebut berwarna lebih pucat.  
    Warna kebiruan pada hypostasis tidak mempunyai konotasi yang sama seperti cyanosis yang terjadi selama kehidupan. Konsep cyanosis ini menpunyai arti  perubahan warna kebiruan pada kulit dan mukosa membran yang sebaiknya diberi batasan tegas dalam diskripsi secara klinik dan tidak digunakan dalam mayat. Secara klinik untuk terjadinya sianosis memerlukan sekurangnya 5 g persen dari hemoglobin yang tereduksi dalam darah kapiler. Pada mayat dissosiasi oksigen ini akan berlangsung terus dan mungkin terjadi reflux dari darah vena yang mengalami deoskigenasi masuk kedalam pembuluh darah kapiler. Alasan ini dapat menjelaskan mengapa darah dari kadaver berwarna ungu kebiruan, akan tetapi ini bukan sebagai akibat dari perubahan patofisiologi yang terjadi dalam kehidupan misalnya pada strangulasi. Beberapa buku mengatakan variasi lebam ini sangat besar tergantung dari oksigenasi saat kematian seperti kematian oleh karena congesti dan hypoxia dimana darah menjadi lebih gelap sebagai akibat dari hemoglobin yang tereduksi dalam pembuluh darah kulit, akan tetapi ini merupakan indikator yang tidak dapat dipercaya dan tidak pasti yang mengatakan bahwa warna yang lebih gelap dari hypostasis ini merupakan indikasi bahwa kematian disebabkan oleh asphyxia. (inter estiofdet)
    Lebam mayat ini biasanya timbul setengah jam sampai dua jam setelah kematian, akan tetapi pada individu yang mengalami proses kematian yang lama dimana terjadi gagal jantung dan venous return yang terhambat oleh immobilitas dan coma yang dalam maka lebam mayat dapat terjadi pada antemortem.(dimaio,Bern)Hal ini berlawanan dengan apa yang terjadi pada anemia kronis atau perdarahan masif. Dimana setelah terbentuk hypostasis yang menetap dalam waktu 10 – 12 jam ternyata akan memberikan lebam mayat pada sisi yang berlawanan setelah dilakukan reposisi pada tubuh dari pronasi ke supinasi.(interpostmorchange)
    Lebam mayat ini biasanya berkembang secara bertahap dan dimulai dengan timbulnya bercak-bercak yang berwarna keunguan dalam waktu kurang dari setengah jam sesudah kematian dimana bercak-bercak ini intensitasnya menjadi meningkat dan kemudian bergabung menjadi satu  dalam beberapa jam kemudian, dimana fenomena ini menjadi komplet dalam waktu kurang lebih 8 – 12 jam, pada waktu ini dapat dikatakan lebam mayat terjadi secara menetap. Menetapnya lebam mayat ini disebabkan oleh karena terjadinya perembesan darah kedalam jaringan sekitar akibat rusaknya pembuluh darah akibat tertimbunnya sel – sel darah dalam jumlah yang banyak, adanya proses hemolisa sel-sel darah dan kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah. Dengan demikian penekanan pada daerah lebam yang dilakukan setelah 8 – 12 jam tidak akan menghilang. Hilangnya lebam pada penekanan dengan ibu jari dapat memberi indikasi bahwa suatu lebam belum terfiksasi secara sempurna.(dundee)
    Fenomena lebam mayat yang menetap ini sifatnya lebih bersifat relatif. Perubahan lebam ini lebih mudah terjadi pada 6 jam pertama sesudah kematian, bila telah terbentuk lebam primer kemudian dilakukan perubahan posisi maka akan terjadi lebam sekunder pada posisi yang berlawanan. Distribusi dari lebam mayat yang ganda ini adalah penting untuk menunjukan telah terjadi manipulasi posisi pada tubuh. Akan tetapi waktu yang pasti untuk terjadinya pergeseran lebam ini adalah tidak pasti, Polson mengatakan “ untuk menunjukan tubuh sudah diubah……….dalam waktu 8 sampai 12 jam”, sedangkan Camps memberi patokan kurang lebih 10 jam.
    Suzutani et al telah memeriksa 430 mayat dengan melakukan penekanan pada daerah lebam, dia menemukan bahwa lebam tidak dapat hilang pada penekanan dalam 30 persen kasus dimana kematian terjadi dalam waktu 6 – 12 jam. Lebih dari 50 persen lebam mayat menetap  setelah 12 – 24 jam kematian, dan tidak hilang pada penekanan pada 70 persen kasus yang meninggal dalam waktu 1 – 3 hari. Akan tetapi dia juga menemukan angka yang signifikan bahwa lebam masih dapat berubah dalam waktu sekurang-kurangnya 3 hari. (bern,grad)   Pada kasus kematian tidak wajar seperti banyaknya darah yang keluar sehingga mengakibatkan banyaknya fibrinogen darah yang hilang darah akan tetap mencair dan ini memberi pengaruh terhadap pembentukan lebam mayat.
    Akan tetapi pada kematian wajarpun darah dapat menjadi permanent incoagulable oleh karena adanya aktifitas fibrinolisin yang dilepas kedalam aliran darah selama proses kematian. Sumber dari fibrinolisin ini tidak diketahui tetapi kemungkinan berasal dari endothelium pembuluh darah, dan permukaan serosa dari pleura. Aktifitas fibrinolisin ini nyata sekali pada kapiler-kapiler yang berisi darah. Darah selalu ditemukan cair dalam venule dan kapiler, dan ini yang bertanggung jawab terhadap lebam mayat.( Grad, inter estimofdet)
    Pembekuan darah dapat  ditemukan pada pembuluh darah besar dan jantung  pada seseorang dimana stadium terminalnya terdapat aktifitas fibrinolisin yang terdepresi, seperti pada penyakit infeksi dan cahexia sehingga dapat dijumpai banyaknya bekuan darah pada daerah tersebut akan tetapi pengaruhnya terhadap fiksasi lebam pada kulit sangat sedikit oleh karena pada kasus-kasus kematian mendadak yang disertai
 pembentukan bekuan darah yang terjadi secara spontan ini hanya terjadi dalam periode singkat yang segera mengikuti proses kematian, dan kemudian darah menjadi bebas dari fibrinogen dan tidak akan pernah membeku kembali. Darah yang tetap mencair ini biasanya akan terlihat pada waktu autopsy. Mecairnya darah ini bukanlah tanda yang karakteristik pada beberapa kematian yang disebabkan oleh asphyxia seperti banyak dijelaskan dalam beberapa buku (interestimofdet). Dalam kenyataannya lebam mayat yang terfiksasi adalah hanya sesuatu yang relatif, oleh karena kapanpun tubuh dibalik maka hipostasis yang terjadi sebelumnya akan menghilang. (grad) Mallach telah melakukan analisa data mengenai onset, meluasnya, intensitas maksimum, perpindahan dan perubahan lebam mayat yang telah diambil dari data yang dipublikasi antara tahun 1905  - 1963.
Kesimpulannya dapat dilihat pada table 1.1 dibawah ini
Tabel 1.1 Hypostasis related to the time of death (hpm) as derived from previous literature
Lower and upper limits of variance computed from literature data (1905-1963) (Madea after Mallach)
Pada tabel 1.2 memperlihatkan berbagai opini dari masing-masing penulis mengenai hypostasis
    Secara tipikal lebam mayat  mempunyai warna ungu atau ungu kemerahan. Lebam mayat yang terjadi pada tubuh yang terekspose dengan udara dapat berwarna pink pada sisi-sisinya, pada bagian belakang atau tempat-tempat yang berdekatan dengan tanah akan tetapi hal ini tidak dapat dijadikan patokan. (interestimofdet)
    Pada kematian yang disebabkan oleh keracunan carbon monoxide, secara klasik digambarkan berwarna “cherry red”,  pada kasus-kasus dimana methhaemoglobin dibentuk dalam darah sewaktu masih hidup seperti potassium chlorate, nitrate, dan keracunan aniline memperlihatkan warna lebam sebagai chocolate brown, dan pada kematian yang disebabkan terekspose suhu yang dingin memperlihatkan warna bright pink atau merah terang. Ini sama dengan warna yang terlihat pada mayat yang diletakkan di dalam lemari pendingin segera setelah mati. Keracunan cyanide menyebabkan lebam berwarna yang digambarkan oleh penulis yang berbeda sebagai pink, bright scarlet, dan violet.(interestimofdet)
    Pada kematian yang disebabkan  abortus septic dimana Clostridium perfringens merupakan bekteri penyebabnya, maka akan terlihat warna perunggu pucat bergaris-garis pada kulit dan ini tidak terbatas pada area lebam. (bern) Schuller pernah melakukan penelitian dengan menghubungkan warna dari lebam mayat dengan perkiraan saat mati, dia mencatat  peningkatan perubahan warna pucat antara 3 sampai 15 jam postmortem, pengukuran ini dilakukan dengan melihat perubahan panjang gelombang dari 575 nm dalam tiga jam dengan rata-rata 2 nm per jam.
    Vanezis sudah menggunakan tiga stimulus warna palsu untuk mempelajari perubahan warna perubahan sekunder dari lebam, dan ternyata dia menemukan terdapat perubahan linear yang berhubungan antara memudarnya warna dengan waktu selama 2 jam pertama sesudah kematian, Inoue et al juga pernah menggambarkan pengukuran warna dari lebam mayat ini dan menghubungkannya dengan perkiraan saat mati, akan tetapi menghubungkan perubahan-perubahan warna yang terjadi pada lebam mayat ini merupakan sesuatu yang unpredictable.
    Akumulasi darah pada daerah yang tidak tertekan akan menyebabkan pengendapan darah pada pembuluh darah kecil yang dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah kecil tersebut dan berkembang menjadi petechie (tardieu`s spot) dan purpura yang kadang-kadang berwarna gelap yang disebut dengan tete de negre appearance yang mempunyai diameter dari satu sampai beberapa milimeter,  biasanya memerlukan waktu 18 sampai 24 jam untuk terbentuknya dan sering diartikan bahwa pembusukan sudah mulai terjadi. Fenomena ini sering terjadi pada asphyxia atau kematian yang terjadinya lambat. Sayangnya dengan berlalunya waktu purpura ini tidak selalu dapat ditentukan dengan pasti apakah terjadinya antemortem atau postmortem.(diamaio,bern, inter)

    Secara medikolegal yang terpenting dari lebam mayat ini adalah letak dari warna lebam itu sendiri dan distribusinya. Perkembangan dari lebam mayat  ini terlalu besar variasinya untuk digunakan sebagai indikator dari penentuan saat mati.  Sehingga lebih banyak digunakan untuk menentukan apakah sudah terjadi manipulasi posisi pada mayat. (dimaio,bern)

DUNIA FORENSIK

DUNIA FORENSIK DITUBUHKAN BERTUJUAN UNTUK BERKONGSI TENTANG PENGALAMAN, ILMU PENGETAHUAN, CERITA DAN PELBAGAI KISAH BERKAITAN HIDUP DIALAM FORENSIK YANG TANPA MASYARAKAT ATAU ORG AWAM SEDARI.KISAH YANG DITULIS DIDALAM BLOG INI ADALAH BERDASARKAN PENGALAMAN, ILMU PENGETAHUAN DAN KISAH KISAH BERKAITAN ADALAH UNTUK HIBURAN TIADA KAITAN SAMA HIDUP ATAU PUN MATI......HARAP SOKONGAN DARI PEMBACA AMAT DIALUKAN.